Tampilkan postingan dengan label Ekonomi Internasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekonomi Internasional. Tampilkan semua postingan

Ekonomi Internasional

Pengertian ekonomi internasional
Ilmu ekonomi internasional adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai hubungan  ekonomi antar Negara. Ekonomi internasional adalah suatu bidang studi yang mempelajari tentang implikasi perdagangan barang dan jasa secara internasional serta investasi internasional
Disini terdapat 2 bahasan tentang ekonomi internasional, yaitu perdagangan internasional dan keuangan internasional.
1) Perdagangan internasional memperkenalkan ekonomi internasional secara mikroekonomi, seperti analisis permintaan dan penawaran, perilaku produsen dan konsumen, struktur pasar persaingan sempurna, oligolpoli, dan monopoli serta efek dari perubahan pasar. Secara umum, pada bidang ini akan ,endeskripsikan hubungan antara konsumen, produsen, factor owners, dan pemerintah.
2) Keuangan internasional memperkenalkan ekonomi internasional secara makroekonomi. Memfokuskan pada hubungan antara variabel agregat ekonomi seperti GDP, tingkat pengangguran,  tingkat inflasi, neraca perdagangan, nilai tukar, tingkat suku bunga, dll.

Teori Perdagangan Internasional1. Teori klasika)Kemanfaatan  absolute (absolute advantage) – adam smith
Teori ini mendasarkan pada besaran (variabel) riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang
b)Kemanfaatan relative (comparative advantage) – J.S. MillTeori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage, yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan biaya yang besar.
c)Biaya relative (comparative cost) – david ricardo
Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional adalah teorinya tentang nilai. Menurut Ricardo nilai suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut (labor cost value theory)
Pada dasarnya teori comparative cost dan comparative advantage itu sama, hanya kalau pada teori: Comparative advantage untuk sejumlah tertentu tenaga kerja di masing-masing Negara outputnya berbeda, Sedangkan comparative cost, untuk sejumlah output tertentu, waktu yang dibutuhkan berbeda antara satu Negara dengan Negara lain.
2.Teori Moderna)Teori heckscher-ohlinTeori H-O sering juga disebut dengan teori proporsi faktor produksi dan faktor intensity theory. Setiap Negara memiliki faktor-faktor produksi dalam perbandingan yang berbeda-beda, sedangkan untuk menghasilkan barang tertentu diperlukan kombinasi faktor produksi tertentu pula. Untuk menghasilkan suatu produk yang fungsi produksinya sama tapi proporsi dari penggunaan faktor yang berbeda (karena adanya kemungkinan penggantian faktor yang satu dengan faktor yang lain dalam batas-batas tertentu)
b)teori Kesamaan harga faktor produksi (factor price equalization)Inti dari teori adalah perdagangan bebas  cenderung mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama di berbagai Negara.  Dari teori faktor proportions H-O, selama Negara A memperbanyak produksi barang X akan mengakibatkan bertambahnya permintaan tenaga kerja, sebaliknya makin berkurangnya produksi barang Y berarti makin sedikit permintaan akan capital. Hal ini akan cenderung menurunkan upah dan menaikkan harga dari kapital (rate of return).
c)Teori Permintaan dan PenawaranPada prinsipnya perdagangan antara 2 negara itu timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan maupun penawaran. Penawaran ini berbeda misalnya, karena perbedaan penawaran dan selera sedangkan perbedaan penawaran misalnya dikarenakan perbedaan di dalam jumlah kualitas faktor-faktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas.

Kebijakan Ekonomi Internasional
1. Proteksi Tarif (Tariff Barriers)
Tarif adalah suatu pembebanan atas barang yang melintasi daerah pabean. Sedangkan daerah pabean adalah suatu daerah geografi, di mana barang-barang bebas bergerak tanpa dikenakan cukai (bea pabean). Tarif adalah suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengenakan pajak atau bea terhadap barang impor. Terdapat dua bentuk tarif yaitu:
a).Advalorem Duty yaitu mengenakan tarif berdasarkan nilai dari barang impor tersebut. Misalnya suatu negara memungut tarif 25 persen atas setiap unit mobil yang diimpor.
b).Specific Tax yaitu mengenakan tarif per unit barang impor misalnya US$3 untuk setiap barel minyak.
2. Proteksi Non-Tarif (Non-tariff barriers)
a).KuotaKuota adalah pembatasan secara kuantitatif tidak hanya terhadap impor, tetapi juga diterapkan oleh banyak negara terhadap ekspor. Tujuan utama dari penerapan kuota terhadap impor adalah untuk melindungi industri atau sektor ekonomi di dalam negeri.
b).Subsidi
adalah setiap bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah atau badan pemerintah baik langsung atau tidak langsung kepada perusahaan, industri, kelompok industri, atau eksportir atau setiap bentuk dukungan terhadap pendapatan atau harga yang diberikan secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan  ekspor  atau menurunkan impor dari atau ke negara yang bersangkutan.
c).Standar kualitasTes standar kualititas. Untuk jenis barang tertentu seperti makanan, minuman, dan obat-obatan harus dites kualitasnya. Di indonesia standar kualitas disebut SNI (Standar Nasional Indonesia).
d).DumpingBarang Dumping adalah barang yang diimpor dengan tingkat Harga Ekspor yang lebih rendah dari Nilai Normalnya  di negara pengekspor.

Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran suatu Negara adalah catatan yang sistematis tentang transakasi ekonomi internasional antara penduduk Negara itu dengan penduduk Negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan utama dari catatan ini adalah untuk memberikan informasi kepada penguasa pemerintah tentang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan Negara lain serta membantu dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, fiskal, perdagangan dan pembayaran internasional.
Untuk lebih jelasnya bisa Download disini.
Sumber: dirangkum dari berbagai buku dan tulisan di internet.

Exchange Rate

Kurs atau nilai tukar (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara, yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya
Jenis-jenis exchange rate adalah sebagai berikut:
  1. Exchange rate regim
    adalah sistem kurs yang dianut suatu negara terhadap nilai mata uangnya.
    ada 2 sistem exchange rate regim yaitu Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate Regime dan Sistem Kurs Mengambang (Floating/Flexible Exchange Rate Regime)
  2. Over valued exchange rate
    Jika penentuan kurs dalam negeri diterapkan pemerintah lebih tinggi dari pasar maka kurs mengalami overvalued atau sebaliknya nilaitukar yang ditetapkan pemerintah terlalu rendah disbanding dengan kurs pasar (undervalued). Bila selisih yhang ditetapkan dianggap terlalu jauh, maka pemerintah melakukan koreksi. Koreksi nilai tukar yang dinilai terlalu tinggi disebut devaluasi (devaluation), sedangkan untuk koreksi nilai tukar yang terlalu rendah disebut revaluasi (revaluation). Jadi devaluasi dan revaluasi pada prinsipnya juga merupakan koreksi atas nilai tukar, seperti halnya dengan apresiaisi dan depresi. Perbedaannya revaluasi dan devaluasi dilakukan berdasarkan mekanisme pasar
  3. Official exchange rate
    adalah Dua atau lebih kurs resmi (official rate) yang tetap biasanya dilengkapi dengan sisitem lisens impor serta impor quota.
  4. Dual exchange rate
    adalah Dua atau lebih kurs (dual exchange rate) yang bebas untuk mengalokasi devisa dengan beberapa pengawasan yang tidak ketat.
  5. Flexibel exchange rate
    Dengan memilih sistem nilai tukar yang flexible sejak pertengahan tahun 1997,maka lebih besar kemungkinan melebarnya rentang fluktuasi nilai tukar rupiah. Hinggapertengahan tahun 1999 ini, depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih lebihbesar dibanding negara tetangga yang juga menganut sistem nilai tukar yang flexible,seperti Thailand dan Filipina. Keberhasilan memperkecil rentang fluktuasi nilai tukarrupiah kiranya dapat pula menjadi ukuran pemulihan ekonomi, sebagaimana tercerminpada perkembangan nilai tukar Bath dan Won.
    ada 2 macam flexible exchange rate yaitu free float dan managed float
Untuk lebih lengkapnya mengenai nilai tukar ini silahkan klik disini gan. Semoga bermanfaat.

The International Economy

International economics is growing in importance as a field of study because of the rapid integration of international economic markets. More and more, businesses, consumers and governments realize that their lives are increasingly affected, not just by what goes on in their own town, state or country, but by what is happening around the world. Consumers can buy goods and services from all over the world in their local shops. Local businesses must compete with these foreign products. However, these same businesses also have new opportunities to expand their markets by selling in a multitude of other countries. The advance of telecommunications is rapidly reducing the cost of providing services internationally and the internet will assuredly change the nature of many products and services as it expands markets even further than today. Markets have been going global, and everyone known it.
One simple way to see this is to look at the growth of exports in the world during the past 50+ years. The following figure show overall annual exports measured in billions of US dollars from 1948 to 2005. Recognizing that one country’s exports are another country’s imports, one can see the exponential growth in trade during the past 50 years.
However, rapid growth in the value of exports does not necessarily indicate that trade is becoming more importance. Instead, one needs to look at the share of traded goods in relation to the size of the world economy. The adjoining figure show world exports as a percentage of world GDP for the years 1970 to 2005. It shows a steady increase in trade as a share of the size of the world economy. World exports grew from just over 10% of the GDP in 1970 to almost 30% by 2005. Thus, trade is not only rising rapidly in absolute terms, it is becoming relatively more important too.
One other indicator of world interconnectedness can be seen in changes in the amount of foreign direct investment (FDI). FDI is foreign economic influence can affect a country. The adjoining figure shows the stock, or the sum total value, of FDI around the world taken as a percentage of world GDP between 1980 and 2004. It gives an indication of the importance of foreign ownership and influence around the world. As can be seen, the share of FDI has grown dramatically from around 5% of world GDP in 1980 to over 20% of GDP just 25 years.
The growth of international trade and investment has been stimulated partly by the steady decline of trade barriers since the Great Depressions of the 1930s. in the post World War II era the general agreement on tariffs and trade, or GATT, was an agreement that prompted regular negotiations among a growing body of members to reduces tariffs (import taxes) on imported goods one reciprocal basis. During each of these regular negotiations, (eight of these rounds were completed between 1948 and 1994), countries promised to reduce their tariffs on imports in exchange for concessions or tariffs reductions, by other GATT members. When the most recent completed round was finished in 1994, the member countries succeeded in extending the agreement to include liberalization promises in a much large sphere of influence. Now countries would not only lower tariffs on goods trade, but would begin to liberalize agriculture and service market. They would eliminate the many quota systems- like the multi- fiber agreement in clothing-that had sprouted up in previous decades. And they would agree to adhere to certain minimum standards to protect intellectual property rights such as patent, trademarks and copyrights. The WTO was created to manage this system of new agreements, to provides a forum for regular discussion of trade matters and to implement a well- defined process for settling trade disputes that might among countries.
As of 2006, 149 countries were members of the WTO “trade liberalization club” and many more countries were still negotiating entry. As the club grows to include more members, and if the latest round of trade liberalization discussion called the doha round concludes with an agreement, world markets will become increasingly open to trade and investment. (note : the Doha round of discussions was begun in 2001 and remains uncompleted as of 2006)
Another international push for trade liberalization has come in the form of regional free trade agreements. Over 200 regional trade agreements around the world have been notified, or announced, to the WTO. Many countries have negotiated these with neighboring countries or major trading partners, to promote even faster trade liberalization under the GATT/WTO,. In part it as occurred because countries have wished to promote interdependence and connectedness with important economic or strategic trade partners. In any case, the phenomenon server to open international markets even further than achieved in the WTO.
These changes economic patterns and the trend towards ever increasing openness are an important aspect of the more exhaustive phenomenon known as globalization. Globalization more formally refers to the economic, social culture or environmental changes that end to interconnect peoples around the world. Since the economic aspects of globalization are certainly one of the most pervasive of these changes, it is increasingly important to understand the implications of the global marketplace on consumers, businesses and governments. That is where the study of international economics begins.
What is international Economics?
International economics is a field of study which assesses the implications of international trade in goods and services and international investment.
There are two broad sub-fields within international economics: international trade and international finance.
International trade is a field in economics that applies microeconomic models to help understand the international economy. Its content include the same tools that are introduce in microeconomics course, including supply and demand analysis, firm and consumer behavior, perfectly competitive, oligopolistic and monopolistic market structure, and the effects of market distortions. The typical course describes economic relationships between consumers, firm, factor owners, and the government.
The objective of an international trade course is to understand the effects on individuals and businesses because of international trade itself, because of change in trade policies and due to changes in order economic conditions. The course will develop argument that support a free trade policy as ell as argument that support various types of protectionist policies. By the end of the course, student should better understand the centuries-old controversy between free trade and protectionism.
International finance applies macroeconomics models to help understanding the international economy, its focus is on the interrelationships between aggregate economic variables such its GDP, unemployment rates, inflation rates, trade balances, exchange rate, interest rates, etc. this field expands macroeconomics to include international exchanges. Its focus is on the significance of trade imbalance, the determinants of exchange rate and the aggregate effect of government monetary and fiscal policies. Among the most important issues addressed are the pros ad cons fixed versus floating some trade terminology.
In trade policy discussions term such as protectionism, free trade, and trade liberalization are used repeatedly. It is worthwhile to define these term at the beginning. One other term is commonly used in the analysis of trade models namely national autarky, or just autarky.
Two extreme states or conditions could potentially be created by national government policies. At one extreme, a government could purse a “laissez faire” policy with respect to trade and thus impose no regulation whatsoever that would impede (or encourage) the free voluntary exchange of goods between nations. We define this condition as free trade.
At the other extreme, a government could impose such restrictive regulations on trade as to eliminate all incentive for international trade. We define this condition in which no international trade occurs as national autarky. Autarky represents a state of isolationism.
Probably, a pure state of free trade or autarky has never existed in the real world. All nations impose some from of trade policies. And probably no government has ever had such complete control over economic activity as to eliminate cross-border trade entirely. The real, world, instead, consist, of countries that fall somewhere between these two extremes. Some countries, such as Singapore and (formerly) Hong Kong, are considered to be highly free trade oriented. Others, like North Korea and Cuba, have long been relatively closed economies and these are closer to the state of autarky. The rest of the world lies somewhere in between.
Most policy discussions are not about whether government should pursue one of these two extremes. Instead, discussions focus on which direction a country should move along the trade spectrum,. Since every country today is somewhere in the middles, discussions focus on whether policies should move he nation in the direction of free trade or in the directions of autarky.
A movement in the directions of autarky occurs whenever a new trade policy is implemented if it further restricts the free flow of goods and services between countries. Since new trade policies invariable benefit domestic industries by reducing international competitions, it is also referred to as protectionism
A movement in the direction of free trade occurs when regulations on trade are removed. Since the elimination of trade policies will generally increase the amount of the international trade, it is referred to as trade liberalizations. Trade policy discussions typically focus, then, on whether the country should increase protectionism or whether it should purse trade liberalizations.
Note that, according to this definitions of protectionism, even policies that encourage trade, such as export subsidies, are considered protectionist since they alter the pattern of trade that would have prevailed in the absence of government intervention. This implies that protectionism is much more complex than can be represented along a single dimensions (as suggestions in the above diagram) since protections can both increase and decreased trade flows. Nevertheless, the representation of the trade spectrum is useful in a number of ways.
Valuable lessons of international trade theory
In this section some of the most important lessons in international trade theory are briefly presented. Often, the lessons that are most interesting and valuable are those that teach something either counterintuitive, or at least contrary to popular opinions. A number of these are represented below. Each explanations also provides links to the arguments are more fully explained. (note: for most students, following the links initially may be more confusing than helpful. However, once reading through many of the chapters review of these lessons may help reinforce them ).Terjemahannya klik disini.
Contoh studi kasus beserta analisisnya. :
1. The main support for free trade arises because free trade can raise aggregate economic efficiency?
2. Trade theory shows that some people will suffer losses in free trade ?
3. A country may benefit from free trade even if it is less efficient than all other countries in every industry?
4. A domestic firm may lose out in international competition even if it is the lowest cost producer in the world?
5. Protection may be beneficial for a country?
6. Although protection can be beneficial, the case for free remains strong? klik disini.

Jangan lupa cantumkan sumber dan komentnya gan. Terimakasih.
























Mekanisme Tarsmisi Kebijakan Moneter

PENDAHULUAN
  1. Latar Belakaang: Mengenai bagaimana gejala moneter (yaitu gejala di pasar uang, yang biasa disebut juga gejala nominal atau nominal phenomenon) disalurkan kesektor nyata atau riil/riil sector, dimana variable-variabel seperti misalnya kesempatan kerja, output, investasi, konsumsi, export dan tingkat upah ditentukan. Menurut beberapa kelompok pemikir ekonomi dengan urutan sebagai berikut : mazab teori kuantitas uang tradisional, mazab kuantitas uang modern, mazab kuantitas uang Keynesian tradisional dan akhirnya mazab Keynesian modern. Kalau disuatu pihak teori kuantitas modern pada asasnya mempertahankan mekanisme transmisi yang diwariskan dari teori kuantitas tradisional sebagai mekanisme transmisi langsung mazab Keynesian modern dilain pihak, mempertahankan mekanisme transmisi tidak langsung yang diwarisinya dari Keynesian.
  2. Rumusan Masalah: 1)Bagaimana gejala moneter mempengaruhi sektor riil, 2)BAgaimana pendapat  mekanisme transmisi dari beberapa kelompok pemikir ekonomi.
PEMBAHASAN
  1. Teori Kuantitas Uang:  Teori kuantitas uang merupakan suatu doktrin ekonomi yang sangat tua dan masih dapat bertahan sampai saat ini. Pada asasnya teori kuantitas uang merupakan suatu hipotesis mengenai penyebab utama nilai uang atau tingkat harga. Teori ini menghasilkan suatu kesimpualan bahwa perubahan nilai uang atau tingat harga merupakan akibat adanya perubahan jumlah uang yang beredar. Bertambahnya jumlah uang beredar dalam masyarakat akan mengakiabatkan nilai uang itu akan menurun. Oleh karena menurunya nilai uang mempunyai makna yang sama dengan naiknay tingkat harga, maka kesimpulan teoritik yang dihasilkan oleh teori kuantitas uang, biasanya juga diungkapkan : bertambah (berkurangnya) jumlah uang yang beredar mempunyai tendensi mengakibatkan menaiknya (menurunnya) tingkat harga. Pada tahun 1974 Thomas M. Humphrey menjelaskan garis yang membatasi teori kuantitas uang dari teori-teori lainnnya dengan menunjukkan bahwa teori kuantitas uang menggunakan lima postulat pokok yaitu : … Untuk kelanjutannya silahkan klik disini.
Jangan lupa cantumkan sumbernya dalam mengutip. Terima kasih

Neraca Pembayaran (Balance of Payment)

Neraca pembayaran (balance of payment) adalah suatu catatan terperinci mengenai semua transaksi yang dilakukan oleh penduduk di suatu negara dengan penduduk negara lain dan kesemuanya dicatat dengan metode tertentu dalam kurun waktu tertentu.
1. Tujuan penyusunan neraca pembayaran ini adalah:
  • lMemberitahukan kepada pemerintah dan siapa saja yang membutuhkan atau berkepentingan mengenai posisi internasional dari negara yang bersangkutan secara keseluruhan.
  • Data dari neraca pembayaran ini sangat dibutuhkan untuk penyusunan kebijakan-kebijakan moneter, fiskal, dan perdagangan.
2. Peranan neraca pembayaran
  • Bagi swasta, data-data tersebut penting untuk menyusun perencanaan dan strategi bisnis.
  • Bagi pemerintah, digunakan untuk menyusun kebijakan fiskal, moneter, dan perdagangan.
  • Selain itu juga dibutuhkan oleh kalangan perbankan, perusahaan multinasional dan siapa saja yang terlibat langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam perdagangan
lebih lengkapnya silahkan klik disini. jangan lupa mencantumkan sumbernya dalam mengutip, terimakasih

Exchange Rate dan Exchane Rate Regime

Foreign Exchange Rate (nilai tukar) adalah harga/nilai sutu mata uang diukur dalam mata uang lainnya (Appleyard and Field Jr, 1995)
Sifat-sifat Kurs:
1. Face to face
2. Volatile
Exchange Rate Regime adalah sistem kurs yang dianut suatu negara terhadap nilai mata uangnya.
Secara garis besar ada 2 sistem yaitu:
1. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate Regime)
   a. Crawling Peq
   b. Adjustable Peq
   c. Currency Board Regime
2. Sistem Kurs Mengambang (Floating/Flexible Exchange Rate Regime)
   a. Free Float
   b. Managed Float

Untuk Penjelsan lebih lengkap beserta contoh-contohnya silahkan lihat disini
Jangan lupa tinggalkan pesan sobat,, :)